ETIKA DAN KEAMANAN SISTEM INFORMASI
BAB I
PENDAHULUAN
I.I LATAR BELAKANG
Dari pengalaman berbagai organisasi dalam pemanfaatan
sistem informasi, salah satu hal yang dibutuhkan adalah bagaimana setiap
organisasi dapat memastikan bahwa sistem informasi yang ada memiliki etika
dalam sistem pengamanan dan pengendalian yang memadai. Penggunaan sistem
informasi di organisasi bukannya tanpa risiko. Penggunaan atau akses yang tidak
sah, perangkat lunak yang tidak berfungsi, kerusakan pada perangkat keras,
gangguan dalam komunikasi, bencana alam, dan kesalahan yang dilakukan oleh
petugas merupakan beberapa contoh betapa rentannya sistem informasi menghadapi
berbagai risiko dan potensi risiko yang kemungkinan timbul dari penggunaan
sistem informasi yang ada.
Kemajuan dalam telekomunikasi dan
perangkat lunak dan keras komputer secara signifikan juga memberikan kontribusi
atas meningkatnya kerentanan dan gangguan terhadap sistem informasi. Melalui
jaringan telekomunikasi, informasi disebarkan atau dihubungkan ke berbagai
lokasi. Kemungkinan adanya akses yang tidak sah, gangguan atau kecurangan dapat
saja terjadi baik di satu atau beberapa lokasi yang terhubung. Semakin
kompleksnya perangkat keras juga menciptakan kemungkinan terjadinya peluang
untuk penetrasi dan manipulasi penggunaan sistem informasi.
Pertumbuhan dan penggunaan yang
pesat internet dalam berbagai aktivitas juga mengundang timbulnya berbagai
gangguan terhadap sistem informasi. Dua hal yang menjadi perhatian di sini adalah
masalah hackers dan virus. Hacker adalah seseorang yang melakukan akses yang
tidak sah ke jaringan komputer untuk tujuan mencari keuntungan, kriminal, atau
hanya untuk sekedar kesenangannya. Sedangkan virus adalah program yang
mengganggu dan merusak file yang ada dalam komputer, serta sulit untuk
dideteksi. Virus ini dapat cepat sekali menyebar, menghancurkan file, dan
mengganggu pemrosesan dan memory sistem informasi. Umumnya, untuk mencegah
penyebaran virus yang menyerang, digunakan program khusus anti virus yang
didesain untuk mengecek sistem komputer dan file yang ada dari kemungkinan
terinfeksi oleh virus komputer. Seringkali, anti virus ini mampu untuk
mengeliminasi virus dari area yang terinfeksi. Namun, program antivirus ini
hanya dapat untuk mengeliminasi atas virus-virus komputer yang sudah ada. Oleh
karenanya, para pengguna komputer disarankan untuk secara berkala memperbarui
program anti virus mereka. Oleh karena itu penyusun berkeninginan melakukan
penyusunan malalah yang berjudul : “ Etika dan Keamanan Sistem
Informasi”.
I.II TUJUAN
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan
informasi mengenai bagaimana cara bisa memberkan penjelaan mengenai Etika dan
Keamanan Sistem Informasi.Semoga Makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak
khususnya untuk para Mahasiswa.
I.III RUANG LINGKUP PENULISAN
Adapun ruang lingkup dalam penyusunan makalah ini
adalah mengenai pengertian tentang Etika dalam Sistem Informasi dan Keamanan
dalam Sistem informai serta memaparkan mengenai Pengendalian Sistem informasi
itu sendiri.
I.IV SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan ini untuk memudahkan
bagi pembaca, maka penyusun membagi penulisan menjadi tiga bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai
hal-hal yang melatarbelakangi penyusunan proposal ini, yang terdiri dari latar
belakang, tujuan kegiatan, ruang lingkup kegiatan dan sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN MATERI
Bab ini dijelaskan mengenai Etika
dalam Sitem Informasi, Keamanan dalam Sistem Informasi dan Pengendalian dalam
Sistem Informasi.
BAB III PENUTUP
Pada bab penutup ini terdiri dari
kesimpulan serta saran akhir dari Makalah yang disusun. Saran bertujuan sebagai
bahan masukan yang berarti bagi seluruh orang terutama pelajar untuk memberikan
gambaran tentang Etika dan Keamanan Sistem Informasi.
BAB II
PEMBAHASAN
II. I ETIKA SISTEM INFORMASI
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti
"timbul dari kebiasaan") adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai
atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam
pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan
kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan
pendapat orang lain. Untuk
itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan
sebagai etika.Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam
melakukan refleksi.Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu
ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia.Akan tetapi berbeda dengan
ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut
pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap
perbuatan manusia.
Etika dalam Sistem Informasi dibahas
pertama kali oleh Richard Mason (1986), yang mencakup PAPA yaitu:
1. Privasi
Privasi (Bahasa Inggris: privacy) adalah kemampuan satu atau
sekelompok individu untuk mempertahankan kehidupan dan urusan personalnya dari
publik, atau untuk mengontrol arus informasi mengenai diri mereka
Menurut UU Teknologi Informasi ayat
19
Privasi adalah hak individu untuk
mengendalikan penggunaan informasi tentang identitas pribadi baik oleh dirinya
sendiri atau oleh pihak lainnya.
Hukuman dan
pidana tentang privasi
Pasal 29 :
Pelanggaran Hak Privasi
Barangsiapa dengan sengaja dan
melawan hukum memanfaatkan Teknologi Informasi untuk mengganggu hak privasi
individu dengan cara menyebarkan data pribadi tanpa seijin yang bersangkutan,
dipidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun.
Contoh isu
mengenai privasi sehubungan diterapkannya system informasi adalah pada kasus
seorang manajer pemasaran yang ingin mengamati e-mail yang dimiliki para
bawahannya karena diperkirakan mereka lebih banyak berhubungan dengan e-mail
pribadi daripada e-mail para pelanggan. Sekalipun sang manajer dengan
kekuasaannya dapat melakukan hal seperti itu, tetapi ia telah melanggarprivasi
bawahannya.
Privasi dibedakan menjadi privasi fisik dan privasi informasi (Alter,
2002). Privasi fidik adalah hak seseorang untk mencegah sseseorang yangtidak
dikehendaki terhadap waktu, ruang, dan properti (hak milik), sedangkan privasi
informasi adalah hak individu untuk menentukan kapan, bagaimana, dan apa saja
informasi yang ingin dikomunikasikan dengan pihak lain.
2. Akurasi
Akurasi
terhadap informasi merupakan factor yang harus dpenuhi oleh sebuah sistem
informasi. Ketidak akurasian informasi dapat menimbulkan hal yang mengganggu,
merugikan, dan bahkan membahayakan.
Sebuah kasusakibat kesalahan penghapusan nomor keamanan social dialami oleh
Edna Rismeller (Alter, 2002, hal.292). Akibatnya, kartu asuransinya tidak bias
digunakan bahkan pemerintah menarik kembali cek pension sebesar $672 dari
rekening banknya. Kisah lain dialami oleh para penyewa apartemen di Amerika yang
karena sesuatu hal pernah bertengkar dengan pemiliki apartemen. Dampaknya,
terdapat tanda tidak baik dalam basis data dan halini membuat mereka sulit
untuk mendapatkan apartemen lain.
Mengingat data dalam sistem informasi menjadi bahan dalam pengambilan
keputusan, keakurasiannya benar-benar harus diperhatikan.
3. Properti
Perlindungan terhadap hak PROPERTI yang sedang digalakkan saat ini
yaitu yang dikenal dengan sebutan HAKI (hak atas kekayaan intelektual).
HAKI biasa
diatur melalui hak cipta (copyright), paten, dan rahasia perdagangan (trade
secret).
a. Hak cipta
adalah hak yang dijamin oleh kekuatan hukum yang melarang penduplikasian
kekayaan intelektual tanpa seizin pemegangnya.Hak seperti ini mudah untuk
didapatkan dan diberikan kepada pemegangnya selama masa hidup penciptanya plus
70 tahun.
b. Paten
merupakan bentuk perlindungan terhadap kekayaan intelektual yang paling sulit
didapatkan karena hanya akan diberikan pada penemuan-penemuan inovatif dan
sangat berguna. Hukum paten memberikan perlindungan selama 20 tahun.
Isu yang
juga marak sampai saat ini adalah banyaknya penyali perangkat lunak secara
ilegal dengan sebutan pembajakan perangkat lunak (software privacy).
Beberapa solusi untuk mengatasi hal ini telah banyak ditawarkan, namun belum
memiliki penyelesaian, seperti sebaiknya software – terutana yang bias
dijual massak – dijual dengan harga yang relative murah. Solusi yang mengkin
bias figunakan untukperusahaan-perusahaan yang memiliki dana yangterbatas
untukmemberli perangkat lunak yang tergolong sebagai open source.
4. Akses
Fokus dari masalah akses adalah pada penyediaanakses untuk semua kalangan.
Teknologi informasi diharapkan tidak menjadi halangan dalam melakukan
pengaksesan terhadap informasi bagi kelompok orang tertentu, tetapi justru
untuk mendukung pengaksesan untuk semuapihak. Sebagai contoh, untuk mendukunf
pengaksesan informasi Web bagi orang buta, TheProducivity Works (www.prodworks.com) menyediakan Web Broser khusus diberi nama pw WebSpeak. Browser ini
memiliki prosesor percakapan dan dapat (Zwass, 1998).
II.II.
Sistem Keamanan Informasi.
II.II.A.Keamanan
Sistem Informasi
Keamanan
Komputer, Sistem Keamanan Komputer merupakan subsitem organisasi yang
mengendalaikan resiko-resiko khusus yang berkaitan dengan informasi berdasar
computer. Sistem keamanan computer merupakan sistem informasi pengembangannya
memerlukan aplikasi pendekatan siklus hidup yang meliputi analisis sistem,
perancangan, implementasi, pengoprasian, evaluasi pengendalian.
-
Analisis sistem : analisis sistem kerentanan
sistem informasi dalam konteks hambatan yang releven dan kemungkinan yang
timbul.
-
Perancangan sistem : untuk mengendalikan
kemungkinan kerugian.
-
Implementasi sistem : pengukuran keamanan untuk
m encegah kerugian, dan rencana untuk mengatasi kerugian.
-
Pengoprasian, Evaluasi, dan Pengendalian :
Operasi sistem dan menilai efektifitas dan evesiensinya.
Keamanan
merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian sistem
informasi. Tujuannya adalah untuk mencegah ancaman terhadap sistem serta
untuk mendeteksi dan membetulkan akibat segala kerusakan sistem.
Ancaman
terhadap sistem informasi dapat dibagi menjadi dua macam: ancaman aktif dan
ancaman pasif
· Ancaman aktif mencakup
kecurangan dan kejahatan terhadap komputer
· Ancaman pasif mencakup
kegagalan sistem, kesalahan manusia, dan bencana alam
Jika kita berbicara tentang keamanan sistem informasi,
selalu kata kunci yang dirujuk adalah pencegahan dari kemungkinan adanya virus,
hacker, cracker dan lain-lain. Padahal berbicara masalah keamanan sistem
informasi maka kita akan berbicara kepada kemungkinan adanya resiko yang muncul
atas sistem tersebut sehingga pembicaraan tentang keamanan sistem tersebut maka
kita akan berbicara 2 masalah utama yaitu :
1. Threats (Ancaman)
Ancaman adalah aksi yang terjadi
baik dari dalam sistem maupun dari luar sistem yang dapat mengganggu
keseimbangan sistem informasi. Ancaman yang mungkin timbul dari kegiatan
pengolahan informasi berasal dari 3 hal utama, yaitu :
a. Ancaman Alam
Yang termasuk dalam kategori ancaman
alam terdiri atas :
· Ancaman air,
seperti : Banjir, Stunami, Intrusi air laut, kelembaban tinggi, badai,
pencairan salju
· Ancaman
Tanah, seperti : Longsor, Gempa bumi, gunung meletus
· Ancaman Alam
lain, seperti : Kebakaran hutan, Petir, tornado, angin ribut
b. Ancaman
Manusia
Yang dapat dikategorikan sebagai
ancaman manusia, diantaranya adalah :
· Malicious
code
· Virus, Logic
bombs, Trojan horse, Worm, active contents, Countermeasures
· Social
engineering
· Hacking,
cracking, akses ke sistem oleh orang yang tidak berhak, DDOS, backdoor
· Kriminal
· Pencurian,
penipuan, penyuapan, pengkopian tanpa ijin, perusakan
· Teroris
· Peledakan,
Surat kaleng, perang informasi, perusakan
- Ancaman
Lingkungan
Yang dapat
dikategorikan sebagai ancaman lingkungan seperti :
· Penurunan
tegangan listrik atau kenaikan tegangan listrik secara tiba-tiba dan dalam
jangka waktu yang cukup lama
· Polusi
· Efek bahan kimia
seperti semprotan obat pembunuh serangga, semprotan anti api, dll
· Kebocoran
seperti A/C, atap bocor saat hujan
Besar kecilnya suatu ancaman dari
sumber ancaman yang teridentifikasi atau belum teridentifikasi dengan jelas
tersebut, perlu di klasifikasikan secara matriks ancaman sehingga kemungkinan
yang timbul dari ancaman tersebut dapat di minimalisir dengan pasti. Setiap
ancaman tersebut memiliki probabilitas serangan yang beragam baik dapat
terprediksi maupun tidak dapat terprediksikan seperti terjadinya gempa bumi
yang mengakibatkan sistem informasi mengalami mall function.
2. Vulnerability (Kelemahan)
Adalah cacat atau kelemahan dari
suatu sistem yang mungkin timbul pada saat mendesain, menetapkan prosedur,
mengimplementasikan maupun kelemahan atas sistem kontrol yang ada sehingga
memicu tindakan pelanggaran oleh pelaku yang mencoba menyusup terhadap sistem
tersebut. Cacat sistem bisa terjadi pada prosedur, peralatan, maupun perangkat
lunak yang dimiliki, contoh yang mungkin terjadi seperti : Seting firewall yang
membuka telnet sehingga dapat diakses dari luar, atau Seting VPN yang tidak di
ikuti oleh penerapan kerberos atau NAT.
Suatu pendekatan keamanan sistem
informasi minimal menggunakan 3 pendekatan, yaitu :
a.
Pendekatan preventif yang bersifat mencegah dari kemungkinan terjadikan
ancaman dan kelemahan
b.
Pendekatan detective yang bersifat mendeteksi dari adanya penyusupan dan
proses yang mengubah sistem dari keadaan normal menjadi keadaan abnormal
c.
Pendekatan Corrective yang bersifat mengkoreksi keadaan sistem yang
sudah tidak seimbang untuk dikembalikan dalam keadaan normal
Tindakan tersebutlah menjadikan
bahwa keamanan sistem informasi tidak dilihat hanya dari kaca mata timbulnya
serangan dari virus, mallware, spy ware dan masalah lain, akan tetapi dilihat
dari berbagai segi sesuai dengan domain keamanan sistem itu sendiri.
Masalah tersebut pada gilirannya
berdampak kepada 6 hal yang utama dalam sistem informasi yaitu :
-
Efektifitas
- Efisiensi
-
Kerahaasiaan
- Integritas
- Keberadaan
(availability)
- Kepatuhan
(compliance)
- Keandalan
(reliability)
Untuk menjamin hal tersebut maka keamanan sistem
informasi baru dapat terkriteriakan dengan baik. Adapun kriteria yag perlu di
perhatikan dalam masalah keamanan sistem informasi membutuhkan 10 domain
keamanan yang perlu di perhatikan yaitu :
- Akses
kontrol sistem yang digunakan
- Telekomunikasi
dan jaringan yang dipakai
- Manajemen
praktis yang di pakai
- Pengembangan
sistem aplikasi yang digunakan
- Cryptographs
yang diterapkan
- Arsitektur
dari sistem informasi yang diterapkan
- Pengoperasian
yang ada
- Busineess
Continuity Plan (BCP) dan Disaster Recovery Plan (DRP)
- Kebutuhan
Hukum, bentuk investigasi dan kode etik yang diterapkan
- Tata letak fisik dari sistem
yang ada
Dari domain tersebutlah isu keamanan sistem informasi
dapat kita klasifikasikan berdasarkan ancaman dan kelemahan sistem yang
dimiliki.
II.II.B
Teknik yang digunakan untuk melakukan serangan keamanana Sistem Informasi
Ada beberapa
teknik yang digunakan untuk melakukan serangan diantaranya adalah :
1. Denial of
Service
Teknik ini dilaksanakan dengan cara membuat permintaan
yang sangat banyak terhadap suatu situs sehingga sistem menjadi macet dan
kemudian dengan mencari kelemahan pada sistem si pelaku melakukan serangan
terhadap sistem.
2. Sniffer
Teknik ini diimplementasikan dengan membuat program
yang dapat melacak paket data seseorang ketika paket tersebut melintasi
Internet, menangkap password atau menangkap isinya.
3. Spoofing
Melakukan pemalsuan alamat e-mail atau Web dengan tujuan untuk
menjebak pemakai agar memasukkan informasi yang penting seperti password
atau nomor kartu kredit
II.III Etika
Pengendalian Sistem Informasi
Untuk meminimalkan kemungkinan
terjadinya bencana (disaster), kesalahan (errors), interupsi pelayanan,
kejahatan terhadap pemanfatan komputer, dan pelanggaran sistem pengamanan
komputer, perlu dibangun kebijakan dan prosedur khusus ke dalam desain dan
implementasi sistem informasi. Perlu dibangun pengendalian sistem informasi yang
terdiri dari seluruh metode, kebijakan, dan prosedur organisasi yang dapat
memastikan keamanan aset organisasi, keakuratan dan dapat diandalkannya catatan
dan dokumen akuntansi, dan aktivitas operasionalmengikuti standar yang
ditetapkan manajemen. Pengendalian atas sistem informasi harus menjadi bagian
yang terintegrasi sejak sistem informasi ini dirancang.
Menurut American Institute of
Certified Public Accountant (AICPA), pengendalian sistem informasi dapat dibagi
menurut pengendalian umum (general control) dan pengendalian aplikasi
(application control). Di samping itu, terdapat pula organisasi profesi lain
yang khusus di bidang audit dan pengendalian teknologi informasi, yaitu ISACA
(Information Systems Audit and Control Association) yang membagi bentuk
pengendalian dari perspektif yang berbeda. ISACA membagi pengendalian sistem
informasi menjadi 2 jenis, yaitu: pengendalian luas (pervasive control) dan
pengendalian terinci (detailed control). Untuk selanjutnya, pembahasan lebih
dalam di modul ini menggunakan pembagian pengendalian sistem informasi
mengikuti apa yang dirumuskan oleh AICPA, yaitu bahwa pengendalian sistem
informasi terbagi atas pengendalian umum dan pengendalian aplikasi.
Pengendalian umum diterapkan pada keseluruhan aktivitas dan aplikasi sistem
informasi.
Pengendalian umum ini dipasangkan
atau melekat di dalam suatu sistem informasi dengan tujuan untuk mengendalikan
rancangan, pengamanan, dan penggunaan program-program komputer, serta
pengamanan atas file data di dalam infrastruktur teknologi informasi. Dengan
kata lain, pengendalian umum dipasangkan di keseluruhan aplikasi yang
terkomputerisasi dan terdiri dari: perangkat keras, perangkat lunak, dan
prosedur manual yang mampu untuk menciptakan lingkungan pengendalian secara
menyeluruh. Pengendalian aplikasi adalah pengendalian yang secara khusus
dipasangkan pada aplikasi tertentu atau suatu subsistem tertentu, misalnya
pengendalian aplikasi yang dipasangkan di aplikasi sistem penggajian, piutang,
atau pemrosesan order untuk pengadaan barang dan jasa. Terdiri dari
pengendalian-pengendalian yang dipasangkan pada areal pengguna atas sistem
tertentu dan dari prosedur-prosedur yang telah diprogram.
Untuk menjaga keamanan sistem informasi diperlukan
pengendalian terhadap sistem informasi dan kontrol yaitu :
1. Kontrol
administratif
-
Mempublikasikan kebijakan kontrol yang membuat semua pengendalian sistem
informasi dapat dilaksanakan dengan jelas dan serius oleh semua pihak dalam
organisasi
- Prosedur
yang bersifat formal dan standar pengoperasian disosialisasikan dan
dilaksanakan dengan tegas. Termasuk dalam hal ini adalah proses pengembangan
sistem, prosedur untuk backup, pemulihan data, dan manajemen pengarsipan
data
- Perekrutan
pegawai secara berhati-hati, yang diikuti dengan orientasi, pembinaan, dan
pelatihan yang diperlukan
- Supervisi
terhadap para pegawai. Termasuk pula cara melakukan kontrol kalau pegawai
melakukan penyimpangan terhadap yang diharapkan
- Pemisahan
tugas-tugas dalam pekerjaan, dengan tujuan agar tak seorangpun yang dapat
menguasai suatu proses yang lengkap. Sebagai contoh, seorang pemrogram harus
diusahakan tidak mempunyai akses terhadap data produksi (operasional) agar
tidak memberikan kesempatan untuk melakukan kecurangan.
2. Kontrol
pengembangan dan pemeliharaan sistem
- Melibatkan
Auditor sistem, dari masa pengembangan hingga pemeliharaan sistem, untuk
memastikan bahwa sistem benar-benar terkendali, termasuk dalam hal otorisasi
pemakai sistem
- Aplikasi
dilengkapi dengan audit trail sehingga kronologi transaksi mudah untuk
ditelusuri
3. Kontrol
operasi
Tujuan agar sistem beroperasi sesuai dengan yang
diharapkan
Termasuk dalam hal ini:
- Pembatasan
akses terhadap pusat data
- Kontrol
terhadap personel pengoperasi
- Kontrol
terhadap peralatan (terhadap kegagalan)
- Kontrol
terhadap penyimpan arsip
-
Pengendalian terhadap virus
4. Proteksi
terhadap pusat data secara fisik
- Faktor
lingkungan yang menyangkut suhu, kebersihan, kelembaban udara, bahaya banjir,
dan keamanan fisik ruangan perlu diperhatikan dengan benar
- Untuk
mengantisipasi kegagalan sumber daya listrik, biasa digunakan UPS dan mungkin
juga penyediaan generator
5. Kontrol
perangkat keras
- Untuk
mengantisipasi kegagalan sistem komputer, terkadang organisasi menerapkan
sistem komputer yang berbasis fault-tolerant (toleran terhadap
kegagalan)
- Toleransi
terhadap kegagalan pada penyimpan eksternal antara lain dilakukan melalui disk
mirroring atau disk shadowing, yang menggunakan teknik dengan
menulis seluruh data ke dua disk secara paralel
6. Kontrol
terhadap akses komputer
- Setiap
pemakai sistem diberi otorisasi yang berbeda-beda
- Setiap
pemakai dilengkapi dengan nama pemakai dan password
- Penggunaan
teknologi yang lebih canggih menggunakan sifat-sifat biologis manusia yang
bersifat unik, seperti sidik jari dan retina mata, sebagai kunci untuk
mengakses sistem informasi.
7. Kontrol
terhadap bencana
- Rencana
darurat (emergency plan) menentukan tindakan-tindakan yang harus
dilakukan oleh para pegawai manakala bencana terjadi
- Rencana
cadangan (backup plan) menentukan bagaimana pemrosesan informasi akan
dilaksanakan selama masa darurat.
- Rencana
pemulihan (recovery plan) menentukan bagaimana pemrosesan akan
dikembalikan ke keadaan seperti aslinya secara lengkap, termasuk mencakup
tanggung jawab masing-masing personil
- Rencana
pengujian (test plan) menentukan bagaimana komponen-komponen dalam
rencana pemulihan akan diuji atau disimulasikan
8. Kontrol
terhadap sistem informasiasi
BAB III
PENUTUP
III.I KESIMPULAN
Maka dengan adanya Etika dan keamanan dalam sistem informasi maka lebih
dapat
III.II SARAN
1. Evaluasi
terhadap sistem keamanan jaringan sebaiknya dilakukan sesering mungkin, seiring
dengan berkembangnya teknik-teknik penyusupan dan belum ditemukannya
kelemahan-kelemahan dalam keamanan jaringan yang belum ada.
2. Selalu
memeriksa update dari perangkat lunak yang digunakan untuk mencegah adanya
ganggunan keamanan terhadap jaringan.
DAFTAR
PUSTAKA
- http://rahmat-rahmatirawan.blogspot.com/2012/11/komputer-dan-keamanan-sistem-informasi.html