KENEKARAGAMAN BANGSA INDONESIA DAN POTENSI
KONFLIK
BAB I
LATAR BELAKANG
Indonesia
adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki keberagaman
suku,agama,ras,budaya dan bahasa daerah. Indonesia meliliki lebih dari 300 suku
bangsa. Dimana setiap suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara
satu dengan yang lain.asuku bangsa merupakan bagian dari suatu negara. Dalam setiap
suku bangsa terdapat kebudayaan yang berbeda-beda.selain itu masing-masing suku
bangsa juga memiliki norma sosial yang mengikat masyarakat di dalamnya agar
ta’at dan melakukan segala yang tertera didalamnya. Setiap suku bangsa di
indonesia memiliki norma-norma sosial yang berbeda-beda. Dalam hal cara pandang
terhadap suatu masalah atau tingkah laku memiliki perbedaan. Ketika terjadi
pertentangan antar individu atau masyarakat yang berlatar belakang suku bangsa
yang berbeda,mereka akan mengelompok menurut asal-usul daerah dan suku
bangsanya (primodialisme). Itu menyebabkan pertentangan\ketidakseimbangan dalam
suatu negara(disintegrasi).Secara umum, kompleksitas masyarakat majemuk tidak
hanya ditandai oleh perbedaan-perbedaan horisontal, seperti yang lazim kita
jumpai pada perbedaan suku, ras, bahasa, adat-istiadat, dan agama. Namun, juga
terdapat perbedaan vertikal, berupa capaian yang diperoleh melalui prestasi
(achievement). Indikasi perbedaan-perbedaan tersebut tampak dalam strata sosial
ekonomi, posisi politik, tingkat pendidikan, kualitas pekerjaan dan kondisi
permukiman.
Sedangkan
perbedaan horisontal diterima sebagai warisan, yang diketahui kemudian bukan
faktor utama dalam insiden kerusuhan sosial yang melibatkan antarsuku. Suku
tertentu bukan dilahirkan untuk memusuhi suku lainnya. Bahkan tidak pernah
terungkap dalam doktrin ajaran mana pun di Indonesia yang secara absolut
menanamkan permusuhan etnik.
Sementara
itu, dari perbedaan-perbedaan vertikal, terdapat beberapa hal yang berpotensi
sebagai sumber konflik, antara lain perebutan sumberdaya, alat-alat produksi
dan akses ekonomi lainnya. Selain itu juga benturan-benturan kepentingan
kekuasaan, politik dan ideologi, serta perluasan batas-batas identitas sosial
budaya dari sekelompok etnik. Untuk menghindari diperlukan adanya konsolidasi
antar masyarakat yang mengalami perbedaan. Tetapi tidak semua bisa teratasi
hanya dengan hal tersebut. Untuk menuju integritas nasional yaitu keseimbangan
antar suku bangsa diperlukan toleransi antar masyarakat yang berbeda asal-usul
kedaerahan. Selain itu faktor sejarah lah yang mempersatukan ratusan suku
bangsa ini. Mereka merasa mempunyai nasib dan kenyataan yang sama di masa lalu.
Kita mempunyai semboyan Bhineka Tunggal Ika. Yaitu walaupun memiliki banyak
perbedaan,tetapi memiliki tujuan hidup yang sama. Selain itu,pancasila sebagai
idiologi yang menjadi poros dan tujuan bersama untuk menuju
integrasi,kedaulatan dan kemakmuran bersama.
Atas
uraian-uraian tersebut kami mempunyai ide untuk membuat makalah yang berjudul
“PENGARUH KERAGAMAN SUKU BANGSA TERHADAP INTEGRITAS BANGSA INDONESIA”. Dalam
hal ini kami ingin menguak sisi positif dalam memulai usaha di bidang
perbukuan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BENTUK
KERAGAMAN BUDAYA BANGSA INDONESIA
Kebudayaan
berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “buddhayah” yang merupakan bentuk jamak
dari ‘buddhi” (budi atau akal). Kebudayaan diartikan sebagai hal –hal yang
berkaitan dengan budi dan akal. Sedang dalam bahasa Inggris, kebudayaan dikenal
dengan istilah culture yang berasal dari bahasa Latin “colere”, yaitu mengolah
, mengerjakan tanah , membalik tanah atau diartikan bertani.
2.1.1
Karakteristik budaya
Budaya
memiliki sifat universal, artinya terdapat sifat-sifat umum yang melekat pada
setiap budaya, kapan pun dan dimanapun budaya itu berada. Adapun sifat itu
adalah
a.
kebudayaan adalah milik bersama.
b.
kebudayaan merupakan hasil belajar.
c.
kebudayaan didasarkan pada lambang.
d.
kebudayaan terintegrasi.
e.
kebudayaan dapat disesuaikan.
f.
kebudayaan selalu berubah.
g.
kebudayaan bersifat nisbi (relatif).
Dalam
kebudayaan juga terdapat pola-pola perilaku (pattern of behavior) yang
merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau berkelakuan yang harus diikuti
oleh semua anggota masyarakat tersebut.Adapun subtansi atau isi utama budaya adalah:.
a. sistem
pengetahuan, berisi pengetahuan tentang alam sekitar, flora dan fauna sekitar
tempat tinggal, zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungannya, tubuh
manusia, sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia serta ruang dan waktu. .
b. sistem
nilai budaya, adalah sesuatu yang dianggap bernilai dalam hidup.
c.
kepercayaan, inti kepercayaan itu adalah usaha untuk tetap memelihara hubungan
dengan mereka yang sudah meninggal.
d. persepsi,
yaitu cara pandang dari individu atau kelompok masyarakat tentang suatu
permasalahan.
e. pandangan
hidup, yaitu nilai-nilai yang dipilih secara selektif oleh masyarakat.
Pandangan hidup dapat berasal dari norma agama (dogma), ideologi negara atau
renungan atau falsafah hidup individu.
f. etos
budaya, yaitu watak khas dari suatu budaya yang tampak dari luar
2.1.2 Budaya
lokal
Budaya lokal
merupakan adat istiadat, kebudayaan yang sudah berkembang (maju) atau sesuatu
yang menjadi kebiasaan yang sukar diubah yang terdapat disuatu daerah tertentu.
Budaya lokal umumnya bersifat tradisional yang masih dipertahankan. Menurut
Fischer, kebudayaan – kebudayaan yang ada di suatu wilayah berkembang
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain lingkungan geografis, induk bangsa
dan kontak antarbangsa. Dari pendapat tersebut dapatlah kita kaitkan dengan
kebudayaan daerah yang ada di Indonesia yang memiliki ciri-ciri khusus
antarwilayah sehingga beraneka ragam. Van Volenholen membagi masyarakat
Indonesia ke dalam 19 lingkungan hukum adat yang oleh Koentjoroningrat disebut
culture area. Setiap suku memilih mempertahankan pola-pola hidup yang sudah
lama disesuaikan dengan penduduk sekitar mereka. Lingkungan geografis yang
berbeda ada yang di gunung maupun dataran rendah dan tepi pantai, faktor ilkim
dan adanya hubungan dengan suku luar menyebabkan perkembangan kebudayaan yang
beraneka macam.Contoh budaya lokal yang bersifat abstrak misalnya Kepercayaan
Kaharingan (Dayak), Surogalogi (Makasar), Adat Pikukuh (Badui). Budaya lokal
yang bersifat perilaku misalnya tari Tor-tor, tarian Pakarena, upacara Kasadha
(Masyarakat Tengger), upacara ruwatan dengan menggelar wayang kulit berlakon
“Murwokolo” (Masyarakat Jawa), orang Badui dalam berpakaian putih dan Badui
luar berpakaian biru, Bahasa Batak dan lain-lain . Budaya lokal yang bersifat
artefak misalnya rumah Gadang (Sumatera Barat), tiang mbis ( Suku Asmat), alat
musik gamelan (Jawa).
2.1.3
Potensi keberagaman budaya
Walaupun
Indonesia menurut Van Volenholen terdiri dari 19 hukum adat, tetapi pada
dasarnya Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang bermukim di wilayah
yang tersebar dalam ratusan pulau yang ada di Inonesia. Tiap suku bangsa ini
memiliki ciri fisik, bahasa, kesenian, adat istiadat yang berbeda. Dengan demikian
dapat dikatakan bangsa Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya. Beberapa
aspek keberagaman budaya Indonesia antara lain suku, bahasa, agama dan
kepercayaan, serta kesenian. Kekayaan budaya ini merupakan daya tarik
tersendiri dan potensi yang besar untuk pariwisata serta bahan kajian bagi
banyak ilmuwan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan. Hal yang utama dari
kekayaan budaya yang kita miliki adalah adanya kesadaran akan adanya bangga
akan kebudayaan yang kita miliki serta bagaimana dapat memperkuat budaya
nasional sehingga “kesatuan kesadaran “ atau nation bahwa kebudayaan yang
berkembang adalah budaya yang berkembang dalam sebuah NKRI sehingga memperkuat
integrasi. .
Disatu sisi
bangsa Indonesia juga mempunyai permasalahan berkaitan dengan keberagaman
budaya yaitu adanya konflik yang berlatar belakang perbedaan suku dan agama.
Banyak pakar menilai akar masalah konflik ialah kemajemukan masyarakat, atau
adanya dominasi budaya masyarakat yang memilki potensi tinggi dalam kehidupan
serta adanya ikatan primordialisme baik secara vertikal dan horisontal.
Disamping itu kesenjangan antara dua kelompok masyarakat dalam bidang ekonomi,
kesempatan memperoleh pendidikan atau mata pencaharian yang mengakibatkan
kecemburuan sosial, terlebih adanya perbedaan dalam mengakses fasilitas
pemerintah juga berbeda (pelayanan kesehatan, pembuatan KTP, SIM atau
sertifikat serta hukum). Semua perbedaan tersebut menimbulkan prasangka atau
kontravensi hingga dapat berakhir dengan konflik.
2.1.4
Karakteristik budaya nasional
Ki Hajar
Dewantara mengemukakan kebudayaan nasional Indonesia adalah puncak-puncak
kebudayaan daerah, menurut Koentjoroningrat kebudayaan nasional Indonesia
adalah kebudayaan yang didukung sebagian besar rakyat Indonesia, bersifat khas
dan dapat dibanggakan oleh warga Indonesia. Wujud budaya nasional.
a. Bahasa,
yaitu bahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai lambang
kebangga nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku
bangsa dan alat penghubung antardaerah dan antar budaya.
b. Seni
berpakaian, contohnya adalah pakaian batik yang menjadi simbol orang Indonesia
dan non – Indonesia, serta pakaian kebaya.
c. Perilaku,
misalnya gotong royong (walaupun tiap daerah mempunyai nama yang berbeda,
sambatan, gugur gunung,). Selain gotong royong juga ada musyawarah, misalnya ,
sistem aipem pada masyarakat Asmat, atau adanya balai desa tempat musyawarah
tiap desa,atau honai, rumah laki-laki suku Dani serta subak pada masyarakat
Bali. Contoh yang lain adalah ramah tamah dan toleransi.Menurut Dr Bedjo dalam
tulisannya memaknai kembali Bhineka Tunggal Ika dituliskan konsep Bhineka
Tunggal Ika berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951, juga merujuk
pada sumber asalnya yaitu Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Empu Tantular pada
abad XIV. Semboyan tersebut merupakan seloka yang menekankan pentingnya
kerukunan antar umat yang berbeda pada waktu itu yaitu Syiwa dan Budha. Yang
terpenting disini adanya wacana baru yang dikemukakan penulis tentang semboyan
bangsa. Bhineka Tunggal Ika juga ditafsirkan sebagai “Ben Ika Tunggale Ika “
(baca: ben iko tunggale iko, Bahasa Jawa – red). Kata ‘ben” artinya biarpun,
kata ‘ika’ dibaca iko yang artinya ‘itu atau ini’ dengan menunjuk seseorang
atau sekelompok orang didekatnya atau di luar kelompoknya. Kata ‘tunggale’
artinya ‘sadulur’ atau ‘saudara’. Jadi kalimat diatas dapat dimaknai menjadi:
Biarpun yang ini/itu saudaranya yang ini/itu dan lebih jauh lagi, makna dari
Bhineka Tunggal Ika adalah paseduluran atau persaudaraan. Dengan persaudaraan
sebagai sebuah keluarga besar yang dilahirkan oleh Ibu Pertiwi yang bermakna
Indonesia. Jadi memang kerukunan dan toleransi merupakan akar budaya nasional.
d.
Peralatan, banyak sekali peralatan, materi atau artefak yang menjadi kebanggaan
nasional misalnya Candi Borobudur dan Prambanan, Monas
2.1.5
Hubungan budaya lokal dan budaya nasional.
Budaya lokal
yang bernilai positif, bersifat luhur dapat mendukung budaya nasional. Dalam
pembangunan kebudayaan bangsa, nilai-nilai budaya positif baik budaya daerah
perlu dipertahankan dan dikembangkan karena justru menjadi akar atau sumber
budaya nasional. Mengingat budaya bangsa merupakan “hasil budidaya rakyat
Indonesia seluruhnya” maka cepat lambat pertumbuhannya tergantung kearifan
peran serta seluruh masyarakatnya. Bagaimana peran keluarga, sekolah dan
pemerintah menanamkan budaya daerah pada generasi berikutnya dan kearifan
generasi muda dalam melestarikan budaya daerah.
2.2 PROSES
INTEGRASI BANGSA INDONESIA
Menurut
Hendropuspito OC dalam bukunya “Sosiologi Sistematik” istilah integrasi berasal
dari kata latin integrare yang berarti memberikan tempat dalam suatu
keseluruhan. Dari kata tersebut menurunkan kata integritas yang berarti
keutuhan atau kebulatan dan integrasi berarti membuat unsur-unsur tertentu menjadi
satu kesatuan yang bulat dan utuh. Secara umum integrasi diartikan sebagai
pernyataan secara terencana dari bagian-bagian yang berbeda menjadi satu
kesatuan yang serasi. Kata integrasi berkaitan erat dengan terbentuknya suatu
bangsa, karena suatu bangsa terdiri dari berbagai unsur seperti suku/etnis,
ras, tradisi, kepercayaan dan sebagainya,yang beranekaragam. Untuk itu
integrasi suatu bangsa terjadi karena adanya perpaduan dari berbagai unsur
tersebut, sehingga terwujud kesatuan wilayah, kesatuan politik, ekonomi, sosial
maupun budaya yang membentuk jatidiri bangsa tersebut. Integrasi bangsa tidak
terjadi begitu saja, tetapi memerlukan suatu proses perjalanan waktu yang
panjang yang harus diawali adanya kebersamaan dalam kehidupan. Kebersamaan
tersebut memiliki arti yang luas yaitu kebersamaan hidup, kebersamaan pola
pikir, kebersamaan tujuan dan kebersamaan kepentingan.
Dengan
demikian integrasi suatu bangsa dilandasi oleh cita-cita dan tujuan yang sama,
adanya saling pendekatan dan kesadaran untuk bertoleransi dan saling
menghormati. Demikian pula untuk integrasi bangsa Indonesia. Mengingat
Indonesia sebagai bangsa yang majemuk dan memiliki keanekaragaman budaya. Maka
sangat memerlukan proses integrasi, karena dampak dari kemajemukan ini sangat
potensial terjadinya konflik/ pertentangan. Kecenderungan terjadinya konflik di
Indonesia sangatlah besar, untuk itu hendaknya setiap warga masyarakat di
Indonesia harus menyadari dan mempunyai cita-cita bersama sebagai bangsa
Indonesia. Cita-cita bersama sebagai bangsa Indonesia adalah sederhana tetapi
agung yaitu suatu masyarakat dimana semua golongan dapat hidup rukun.
Mengembangkan diri tanpa merugikan golongan lain dan bahkan membantu mendukung
golongan-golongan lain, sehingga terwujud suatu masyarakat yang adil dan
makmur.
Perlu juga
disadari bahwa mengejar cita-cita yang demikian tidaklah mudah, bukan merupakan
proses yang sekali jadi, tetapi membutuhkan waktu yang lama. Dan untuk
mencapainya bukan hanya merupakan tugas orang-orang tertentu atau
golongan-golongan tertentu tetapi merupakan tugas seluruh nation/bangsa yang
memiliki solidaritas terhadap kebangsaan Indonesia. Dalam mengupayakan,
memperjuangkan cita-cita yang luhur tersebut diperlukan pemahaman kondisi,
dalam kenyataan pemahaman dari segi-segi budaya dan akhirnya kebijaksanaan yang
didasarkan atas kearifan dan perhitungan sebagai integrasi dapat terwujud.
Proses
integrasi bangsa Indonesia menurut A. Sartono Kartodirjo dapat dibagi dalam 2
jenis yaitu ; pertama, integrasi geopolitik yang dimulai sejak jaman prasejarah
sampai awal abad 20, dan kedua, proses integrasi politik kaum elite sejak awal
abad 20 sampai jaman Hindia Belanda berakhir.
Dalam proses
integrasi geo politik di Indonesia mulai menonjol pada awal abad 16 dan dalam
proses integrasi bangsa Indonesia tersebut banyak faktor yang berperan antara
lain pelayaran dan perdagangan antar pulau serta adanya bahasa Melayu sebagai
bahasa pergaulan. Para pedagang-pedagang Islam mejadi motor penggerak
terjadinya proses integrasi, hal ini karena dalam ajaran Islam tidak membedakan
manusia baik berdasarkan kasta, agama, suku/etnis atau golongan. Bagi
pedagang-pedangan Islam yang terpenting adalah perdagangan yang saling
menguntungkan. Dengan adanya hal tersebut maka mempermudah hubungan dan
komunikasi suku bangsa yang berada di Nusantara.
Sedangkan
integrasi kaum elite yang berkembang pada awal abad 20 yang berperan adalah
pendidikan karena dengan pendidikan lahirlah golongan intelektual Indonesia
yang menyadari nasib bangsanya sehingga berusaha mengembangkan wawasan integral
kebangsaan. Untuk itu integrasi politik kaum elite merupakan tulang punggung
gerakan Nasionalisme Indonesia. Melalui gerakan nasionalisme maka lahirlah
integrasi nasional bangsa Indonesia sampai sekarang.
2.3
Pentingnya Persatuan dalam Keragaman
Di sekitar
tempat tinggalmu, mungkin ada yang menjumpai sejumlah suku bangsa, tidak hanya
satu suku bangsa. Mengapa demikian? Indonesia
negara
kesatuan. Hubungan antarpulau sudah terjadi sejak zaman dahulu. Ketersediaan
angkutan laut sangat memudahkan hubungan antarpulau.
Banyak suku
bangsa dari satu pulau pindah ke pulau yang lain. Mereka menetap di tempat yang
baru. Jadilah penduduk setempat. Kemudian menjadi penduduk desa atau kelurahan,
kecamatan dan kabupaten atau kotamu. Ada juga program transmigrasi yang
menyebabkan bercampurnya
suatu suku
bangsa asli dengan suku pendatang. Masing-masing dari mereka memiliki budaya
yang berbeda. Tidak hanya budaya, agama mereka pun juga mungkin berbeda. Suatu
tempat yang terdapat suku dan budaya yang beragam tentunya sangat rawan dan
dapat menyulut adanya perpecahan antarsuku. Namun ternyata hal ini tidak
terjadi karena bangsa Indonesia memegang teguh semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Bhinneka Tunggal Ika berarti berbedabeda tetapi tetap satu juga. Kata Bhineka Tunggal
Ika diambil dari kitab Sutasoma karangan Empu Tantular, seorang pujangga dari
Majapahit. Bunyi selengkapnya adalah Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma
Mangrwa. Semboyan bangsa Indonesia ini tertulis pada kaki lambang negara Garuda
Pancasila. Bhinneka Tunggal Ika merupakan alat pemersatu bangsa. Untuk itu kita
harus benar-benar memahami maknanya. Negara kita juga memiliki alat-alat
pemersatu bangsa yang lain, yakni:
1. Dasar
Negara Pancasila
2. Bendera
Merah Putih sebagai bendera kebangsaan
3. Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan
4. Lambang
Negara Burung Garuda
5. Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya
6. Lagu-lagu
perjuangan
Masih banyak
alat-alat pemersatu bangsa yang sengaja diciptakan agar persatuan dan kesatuan
bangsa tetap terjaga. Bisakah kamu menyebutkan yang lainnya? Persatuan dalam
keragaman memiliki arti yang sangat penting. Persatuan dalam keragaman harus
dipahami oleh setiap warga masyarakat agar dapat mewujudkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Kehidupan
yang serasi, selaras dan seimbang
2. Pergaulan
antarsesama yang lebih akrab
3. Perbedaan
yang ada tidak menjadi sumber masalah
4.
Pembangunan berjalan lancar
Adapun sikap
yang perlu dikembangkan untuk mewujudkan persatuan dalam keragaman antara lain:
1. Tidak
memandang rendah suku atau budaya yang lain
2. Tidak
menganggap suku dan budayanya paling tinggi dan paling baik
3. Menerima
keragaman suku bangsa dan budaya sebagai kekayaan bangsa yang tak ternilai
harganya
4. Lebih
mengutamakan negara daripada kepentingan daerah atau suku masing-masing
Kita mesti
bangga, memiliki suku dan budaya yang beragam. Keragaman suku dan budaya
merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya. Bangsa asing saja banyak
yang berebut belajar budaya daerah kita. Bahkan kita pun sempat kecolongan,
budaya asli daerah kita diklaim atau diakui sebagai budaya asli bangsa lain.
Karya-karya putra daerah pun juga banyak yang diklaim oleh bangsa lain.
B. Dampak Negatif Dari Keragaman Budaya daerah anatara lain:
1. Keragaman
suku bangsa dan budaya mempersulit pemerintahan untuk menetapkan
kebijakan pembangunan.
2. Keragaman
keadaan alam menghambat usaha pembangunan saran dan prasarana.
3. Keragaman
sikap mental setiap suku bangsa menghambat partisipasi masyarakat
dalam kegiatan pembangunan.
4. Keragaman
struktur budaya dapat menjadi penghambat dalam pembentukan satu
budaya.
5.Kurangnya dana
Pembangunan
C. Cara Mengatasi akibat Keragaman Budaya di Indonesia. Dampak mengatasi akibat Keragaman Budaya di Indonesia antara lain:
C. Cara Mengatasi akibat Keragaman Budaya di Indonesia. Dampak mengatasi akibat Keragaman Budaya di Indonesia antara lain:
1. Terus menerus sikap
mental yang berpartisipasi terhadap pembangunan.
2. Mengembangkan Budaya
daerah yang luhur dalam rangka membentuk budaya.
3. Memeratakan
pendidikan dan pengajaran keseluruhan wilayah Indonesia.
4. Meningkatkan Sumber
Daya Manusia menjadi Manusia yang Cerdas, Bertanggung Jawab.
2.4 HUBUNGAN
KERAGAMAN BUDAYA TERHADAP INTEGRASI BANGSA INDONESIA
Sifat
majemuk dari bangsa Indonesia, disamping merupakan kebanggaan hendaknya pula
dilihat bahwa suatu negara dengan keanekaragaman suku-bangsa dan kebudayaan
mengandung potensi konflik. Oleh karenanya guna menuju suatu integrasi nasional
Indonesia yang kokoh, terdapat berbagai kendala yang harus diperhatikan.
Dalam rangka
mempersatukan penduduk Indonesia yang beranekawarna, Koentjaraningrat
(1982:345-346) melihat ada empat masaah pokok yang dihadapi, ialah
(a)
mempersatukan aneka-warna suku-bangsa,
(b) hubungan
antar umat beragama,
(c) hubungan
mayoritas-minoritas dan
(d)
integrasi kebudayaan di Irian Jaya dengan kebudayaan Indonesia.
Diantara
sekitar 210 juta orang penduduk Indonesia dewasa ini, sulit diketahui secara
pasti distribusi jumlah dari masing-masing suku-bangsa.
Terakhir
kalinya, Sensus Penduduk di Indonesia yang memuat items suku-bangsa adalah yang
dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda; yang hasilnya dimuat dalam
Volkstelling (1930). Sensus Penduduk Indonesia yang dilakukan pada 1970 dan
dalam dasawarsa berikutnya, tidak mencantumkan items suku-bangsa. Mengingat hal
tersebut, ada kesulitan untuk mengetahui secara pasti laju pertumbuhan penduduk
berdasarkan suku-bangsa dan distribusi mereka. Sekalipun demikian, ada pula
berbagai usaha untuk mengetahui hal di atas, antara lain pernah dicoba
oleh Pagkakaisa Research (1974), antara lain disebutkan bahwa suku-bangsa bahwa
Jawa mencapai 45,8 % dari total penduduk Indonesia pada 1974 (sekitar
120.000.000 orang). Berbagai distribusi penduduk Indonesia berdasarkan
suku-bangsa ialah Sunda (14,1 %), Madura (7,1 %), Minangkabau (3,3 %), Bugis
(2,5 %), Batak (2,0 %), Bali (1,8 %), 24 suku-bangsa lainnya (20,3 %) dan orang
Cina (2,7 %). Sementara itu, di kalangan para pakar masih terdapat perbedaan
dalam mengklasifikasikan penduduk di Indonesia ke dalam suatu konsep
suku-bangsa.
Koentjaraningrat (1982:346-347) menilai bahwa berapakah
sebenarnya jumlah suku-bangsa di Indonesia, sampai saat kini masih sukar
ditentukan secara pasti. Hal ini disebabkan ruang lingkup istilah konsep suku-bangsa
dapat mengembang atau menyempit, tergantung subyektivitas. Sebagai contoh,
paling sedikit di Pulau Flores terdapat empat suku-bangsa yang berbeda bahasa
dan adat-istiadatnya, ialah orang Manggarai, Ngada, Ende-Lio dan Sikka. Namun
kalau mereka ada di luar Flores, mereka biasanya dipandang oleh suku-bangsa
lainnya atau mereka mengidentifikasikan dirinya sebagai satu suku-bangsa, ialah
Flores.
Hal ini juga terjadi dikalangan suku-bangsa Dayak di Pulau
Kalimantan. Menurut H.J. Malinckrodt, orang Dayak diklasifikasikan ke dalam
enam rumpun atau stammen ras, ialah Kenya-Kayan-Bahau, Ot Danum, Iban, Moeroet,
Klemantan dan Poenan. Selanjutnnya jika diamati lebih lanjut, di kalangan orang
Dayak Kalimantan ada 405 suku-bangsa yang saling berbeda satu dengan lainnya.
Jika mereka berada di luar Pulau Kalimantan, orang lain menyebut mereka dan
mereka sendiri mengidentifikasikan dirinya sebagai suku-bangsa Dayak, akan
tetapi di Kalimantan sendiri antara satu dengan yang lain merasa memiliki
perbedaan. Demikian pula hanya di Irian Jaya, berdasarkan penelitian dari
Summer Language Institute, paling tidak terdapat 252 suku-bangsa yang
masing-masing memakai bahasa yang berbeda. Mengingat hal tersebut maka,
Koentjaraningrat memandang perlu upaya pendifinisian konsep suku-bangsa di
Indonesia secara ilmiah, antara lain dengan mengambil beberapa unsur kebudayaan
sebagai indikator yang dapat berlaku bagi semua “suku-suku-bangsa” yang ada di
Indonesia..
Upaya untuk memahami keanekaragaman suku-bangsa dan
kebudayaan di Indonesia adalah sekaligus berpretensi pula mengungkapkan
berbagai bentuk interaksi sosial yang terjadi di kalangan suku-bangsa yang
saling berbeda kebudayaannya. Dengan mempelajari proses interaksi sosial yang
terjadi, sekaligus diharapkan akan memberikan pengetahuan tentang proses-proses
sosial di kalangan mereka sehingga akan diketahui segi dinamis dari masyarakat
dan kebudayaan. Berbagai perubahan dan perkembangan masyarakat yang merupakan
segi dinamis adalah akibat interaksi sosial yang terjadi diantara para warganya,
baik orang perorangan, orang dengan kelompok maupun antar kelompok manusia.
Kerjasama (cooperation), persaingan (competition), pertikaian (conflict),
akomodasi (acomodation), asimilasi (assimilation), akulturasi (acculturation)
dan integrasi (integration) merupakan proses-proses sosial yang perlu
diperhatikan dalam rangka studi hubugan antar suku-bangsa, terutama untuk
mempercepat terwujudnya integrasi nasional Indonesia yang kokoh.
Faktor integrasi bangsa Indonesia rasa senasib dan
sepenanggungan serta rasa seperjuanagan di masa lalu ketika mengalami
penjajahan. Penjajahan menimbulkan tekanan baik mental ataupun fisik. Tekanan
yang berlarut-larut akan melahirkan reaksi dari yang ditekan ( di jajah ).
Sehingga muncul kesadaran ingin memperjuangkan kemerdekaan. Dengan kesadaran
ini, maka keberagaman suku atau golongan yang ada di Indonesia tidak
dipermasalahkan semuanya bersatu, berjuang untuk merdeka. Sehingga terbentuklah
negara Kesatuan Republik Indonesia dengan semboyannya Bhineka Tunggal Ika.
Selain itu, sumpah pemuda merupakan salah satu faktor integrasi bangsa karena
isinya adalah persatuan yaitu berbangsa satu, bertanah air satu dan berbahasa
satu Indonesia.
Faktor disintegrasi bangsa di antaranya ialah negara yang
berbentuk kepulauan yang dipisahkan oleh lautan, sehingga akan memunculkan
sikap ingin menguasai daerah sendiri dan tidak mau diatur.Kemudian keberagaman
suku, ras, agama bisa memicu disintegrasi bangsa, karena setiap golongan pasti
mempunyai budaya, watak, dan adat yang berbeda dan yang pasti mereka
masing-masing mempunyai ego kesukuan ( Chauvinisme ) sehingga kan mudah konflik
dengan suku-suku yang lain. Faktor disintegrasi yang lain ialah rasa
ketidakadilan yang memicu pemberontakan kepada yang berbuat tidak adil. Jika
pemerintah Indonesia tidak berbuat adil pada setiap daerah yang ada di
Indonesia maka akan menimbulkan rasa ketidakpuasan dari masyarakat yang
berdomisili di daerah tersebut, sehingga pada akhirnya ada keinginan untuk
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kemajemukan bangsa Indonesia yang meliputi bahasa,
budaya,suku, agama dan ras, bisa menjadi daya integrasi maupun disintegrasi
bangsa kita. Seperti yang kita ketahui, dengan bahasa persatuan yaitu bahasa
Indonesia kita dapat berkomunikasi antar suku dan ras sehingga hubungan akan
terjalin dengan baik dan dapat mempererat persaudaraan sebagai satu bangsa
besar yaitu bangsa Indonesia. Selain itu, keragaman antar budaya termasuk
bahasa akan saling melengkapi satu sama lainnya menjadi kebudayaan nasional
yang akan menjadi kebanggaan semua suku dan ras yang ada di Indonesia..
Dan yang ke dua, kemajemukan bangsa kita juga dapat menjadi
daya disintegrasi bangsa karena dengan keragaman itu, rentan sekali terhadap
konflik antar suku dan daerah, terutama masalah agama seperti yang terjadi
akhir-akhir ini di kawasan timur Indonesia. Selain faktor kemajemukan budaya,
penyebab disintegrasi bangsa Indonesia juga terpicu oleh sentralisasi
pembangunan yang selama ini lebih terfokus di pulau Jawa, sehingga menyebabkan
kesenjangan dan kecemburuan dari daerah lain, sehingga timbul keinginan untuk
memisahkan diri dari NKRI.
Yang bisa menjadi faktor integrasi bangsa adalah semboyan
kita yang terkenal yaitu bhineka tunggal ika, dimana kita terpisah-pisah oleh
laut tetapi kita mempunyai ideologi yang sama yaitu pancasila.sedangkan yang
menjadi faktor desintegrasi bangsa adalah kurang adanya rasa nasionalisme yang
tinggi, kurangnya rasa toleransi sesama bangsa, campur tangan pihak asing dalam
masalah bangsa.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Di tengah
arus reformasi dewasa ini, agar selamat
mencapai Indonesia Baru, maka ideologi yang harus lebih diingat-ingat dan
dijadikan landasan kebijakan mestinya harus berbasis pada konsep Bhinneka
Tunggal Ika. Artinya, sekali pun berada dalam satu kesatuan, tidak boleh
dilupakan, bahwa sesungguhnya bangsa ini berbeda-beda dalam suatu kemajemukan.
Maka,
Indonesia Baru yang kita citakan itu, hendaknya ditegakkan dengan menggeser
masyarakat majemuk menjadi masyarakat multikultural, dengan mengedepankan
keBhinnekaan sebagai strategi integrasi nasional. Namun, jangan sampai kita
salah langkah, yang bisa berakibat yang sebaliknya: sebuah konflik yang
berkepanjangan. Harus disadari, bahwa merubah masyarakat majemuk ke
multukultural itu merupakan perjuangan panjang yang berkelanjutan.
SARAN
Untuk
menjaga keharmonisan integrasi bangsa Indonesia,perlu lebih di tingkatkan
toleransi antar masyarakat yang mempunyai tingkat keanekaragaman yang sangat
tinggi. Selain itu perlu adanya control nasional untuk menjaga keseimbangan
nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar